Subscribe:

Selasa, 07 Februari 2012

RELATIVITAS WAKTU DAN REALITAS TAKDIR

          Semua pembahasan sebelumnya menunjukkan bahwa "ruang tiga dimensi" tidak ada dalam kenyataan, dan merupakan praduga yang sepenuhnya diilhami oleh persepsi, sehingga manusia menjalani hidup dalam "ketiadaan ruang". Menyatakan sebaliknya berarti mempercayai mitos yang jauh dari penalaran dan kebenaran ilmiah, karena tidak ada bukti absah tentang keberadaan dunia tiga dimensi. Kenyataan ini menyangkal asumsi pokok filsafat materialis yang menjadi dasar teori evolusi bahwa materi bersifat absolut dan abadi. Asumsi filsafat materialis lainnya adalah bahwa waktu juga absolut dan abadi. Asumsi kedua ini sama tidak masuk akalnya dengan asumsi pertama.

PERSEPSI TENTANG WAKTU
          Apa yang kita persepsikan sebagai waktu sesungguhnya sebuah metode untuk membandingkan satu momen dengan momen lain. Ini dapat dijelaskan dengan sebuah contoh. Misalnya, ketika seseorang memukul sebuah benda, ia mendengar bunyi tertentu. Ketika ia memukul benda yang sama lima menit kemudian, ia mendengar bunyi lagi. Orang tersebut merasakan jeda antara bunyi pertama dengan bunyi kedua, dan menyebut jeda ini sebagai "waktu". Namun saat ia mendengar bunyi kedua, bunyi pertama yang didengarnya tak lebih dari sebuah imajinasi dalam pikirannya. Bunyi pertama hanyalah sepotong kecil informasi dalam memori. Ia merumuskan konsep "waktu" dengan membandingkan momen yang sedang dijalaninya dengan momen yang ada dalam memorinya. Jika perbandingan ini tidak dilakukan, maka persepsi waktu pun tidak ada.
          Sama halnya dengan seseorang yang membuat perbandingan ketika ia melihat orang lain memasuki ruangan dan duduk di kursi di tengah ruangan. Ketika orang tersebut duduk di kursi, citra yang berkaitan dengan saat ia membuka pintu, masuk ke dalam ruangan dan berjalan ke kursi, disusun sebagai potongan-potongan informasi di dalam otak. Persepsi tentang waktu terjadi ketika ia membandingkan kejadian orang yang duduk di kursi dengan kumpulan informasi yang dimilikinya.
          Singkatnya, waktu muncul sebagai hasil perbandingan antara beberapa ilusi yang tersimpan di dalam otak. Bila seseorang tidak memiliki memori, maka otaknya tidak dapat melakukan interpretasi seperti itu sehingga persepsi tentang waktu tidak terbentuk. Alasan seseorang menyatakan dirinya berumur 30 tahun hanyalah karena ia telah mengakumulasi informasi berkaitan dengan 30 tahun tersebut di dalam otaknya. Bila memorinya tidak ada, maka ia tidak akan berpikir tentang keberadaan periode yang telah berlalu dan ia hanya akan mengalami "momen" tunggal yang sedang dijalaninya.

Senin, 06 Februari 2012

HIDUP DAN KARYA EINSTEIN

           ALBERT EINSTEIN adalah seorang keturunan Yahudi kelahiran Ulm, sebuah kota kecil di Jerman selatan, pada 14 Maret 1879.Ibunya adalah seorang dari keluarga pedagang jagung dari Stuttgart dan suka bermain biola.Umur ibunya baru 21 tahun ketikaAlbert lahir. Ayahnya bernama Hermann Einstein, seorang pri ramah, suka bergaul, berkumis tebal, suka minum bird an membaca puisi.
          Pada saat Albert lahir, Jerman diperintah oleh seorang tiran, yaitu Kanselir Bismarck. Pemerintahannya sangat menekankan keseregaman, sampai-sampai pengemudi taksi pun harus mengenakan pakaian seragam. Orang yahudi merasakan kebebasan hanya pada tahun 1867,dan pada tahun kelahiran Albert, kata “antisemitisme” pertama kali muncul dalam sebuah artikel majalah Jerman.
          Setahun setelah kelahiran Albert usaha barang-barang perlistrikan ayahnya bangkrut. Keluarganya pindah ke daerah pinggiran kota Munich dan tinggal di rumah saudara ayahnya yang bernama Jakob. Di sini Hermann dan Jakob mendirikan sebuah usaha kecil di bidang elektrokimia..
Albert terkenal lamban dan suka berkhayal. Ia menderita karena keadaan keluarganya yang kacau (Para psikolog menyebutnya ” a fall from grace,“ suatu perubahan keadaan yang sebelumnya penuh kejayaan menjadi melarat) dan mempunyai seorang ayah yang gagal.
          Ayah albert bukanlah seorang yang religius tetapi menganggap dirinya seorang moderat. Itulah sebabnya ia mengirim Albert ke sebuah sekolah katolik, di mana Albert menjadi satu-satunya orang Yahudi di dalam kelas.